Sunday

Madrasah Rasulallah SWT: Prototype Pembentukan Ummat


Sebuah bangunan yang kokoh tentu tidak berdiri dengan sendirinya, pasti telah melalui sebuah proses yang panjang dan melelahkan. Mulai dari proses mengali lobang tempat berdirinya pondasi bangunan sampai penyusunan batu bata, menancapkan besi, dan pengecoran semen. Proses tersebut dilakukan agar pondasi bangunan menjadi kuat, tidak mudah rusak oleh gempa bumi, terpaan angin atau badai yang datang dengan tiba-tiba. Penanaman pondasi yang asal-asalan sudah tentu bangunan akan cepat rusak, mudah roboh walaupun yang datang hanya angin sepoi-sepoi.

Sebagai mana bagunan yang kokoh memerlukan penanaman pondasi yang kuat, sama halnya dengan pembentukan ummat, ianya memerlukan kepada penanaman pondasi (baca: ‘aqidah, iman dan akhlak) yang kuat agar tidak mudah goyah dengan gemerlapnya kehidupan dunia dan godaan-godaan yang datang silih berganti. Begitu juga dengan melahirkan rijaludda’wah yang mengikrarkan ubudiyyahnya hanya kepada Allah SWT tidak semudah membalik telapak tangan, akan tetapi memerlukan pengorbanan, kesabaran, waktu yang panjang serta komitmen yang berkesinambungan.

Paling tidak ada tiga tahapan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam membentuk masyarakat ketika di Makkah: Pertama: Tahap pembangunan ‘Aqidah. ‘Aqidah merupakan yang pertama dan utama dalam pembentukan syakhsiyyah Islamiyyah dan ‘Aqidah juga yang akan membetulkan segala tindak-tanduk seseorang berikutnya. Kedua: Tahap mempraktekkan Iman dalam kehidupan sehari-hari “Iman bukanlah dengan angan-angan, tetapi ia adalah apa yang bertahta di hati dan dibuktikan dengan perbuatan”. Ketiga: Hijrah, tahap mempraktekkan ideologi dalam kehidupan bernegara. Hal itu ditandai dengan hijrahnya Rasulallah SAW bersama para sahabat ke Madinah Al-Munawwarah untuk mendirikan negara yang berdaulat.

Disamping memperkokoh tiga komponen diatas, baginda juga melakukan penanaman mafaahim; bahwa agama Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, tidak ada satu persoalanpun yang menyangkut kehidupan manusia yang tidak diatur oleh Islam, baik yang berkaitan dengan hukum ataupun yang menyangkut masalah ‘aqidah, ibadah, politik, ekonomi, peperangan, perdamaian, perundang-undangan dan semua konsep hidup manusia. Dan Barang siapa yang memilih agama selain agama Islam maka mereka termasuk golongan orang-orang yang merugi (QS. 3:85).

Model berda’wah yang dilakukan oleh Rasulallah SAW melalui proses pembinaan para sahabat tersebut membuahkan hasil yang luar biasa. Disana sederet nama-nama para sahabat yang diabadikan oleh sejarah, tingkat keimanan mereka telah teruji. Sebut saja misalnya: keluarga Ammar bin Yasir yang mendapat gelar awwalussyahid fil Islam. Bilal bin Rabah yang disiksa oleh Abu sofiyan dengan meletakan batu besar diatas dadanya dipadang pasir yang panas. Abu Bakar As-Siddiq yang menemani Rasul ketika di Gua Tsur. Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib yang sangup tidur ditempat tidurnya Rasulullah SAW ketika para kafir Quraish ingin membunuh baginda, padahal resiko yang dihadapi oleh saidina Ali adalah maut. Mereka semuanya (Radiyaallahu ‘anhum ajmaain) adalah produk binaan Rasulullah yang tingkat militansinya sudah teruji, maka kita kenal mereka dengan generasi Al-Quran yang unik yang memiliki ‘aqidah salimah, ibadah shohihah, akhlak yang baik serta mafaahim yang terarah.

Proses pembinaan yang lakukan oleh Rasulallah SAW di Darul Al-Arqam itu, mengambarkan bahwa untuk melahirkan generasi yang tangguh dan tahan banting perlu melakukan sebuah proses pembinaan untuk menyatukan misi dan visi dalam berda’wah, karena kalau tidak, biasanya banyak hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi. Misalnya: saling menjatuhkan, tidak siap dipimpin oleh orang lain, berkelahi sesama sendiri dalam masalah-masalah yang sepele dll. Secara zahir bersatu tapi sebenarnya hati-hati mereka bercerai berai “Tahsabuhum jamii’an wa Quluubuhum Syatta”(QS. 59:14). Disinilah sebenarnya letak pentingnya penyatuan visi dan misi ketika ingin melakukan perkerja-pekerjaan besar semacam pergerakan da’wah. Proses pembinaan dilakukan agar ada sifat ta’aaruf, tafaahum dan takaaful dalam diri tiap-tiap individu, sehingga dari situ lahirlah ribathul quluub yang kuat diantara sesama.

Prototype (model) pembentukan ummat yang dipelopori oleh Rasulallah SAW ini, sekarang banyak diikuti oleh pergerakan-pergerakan da’wah di dunia hari ini karena hasilnya yang luar biasa, mampu mencetak generasi da’wah yang kuat, tangguh dan tetap konsisten dalam menjalankan perintah-perintah Allah SWT. Siap bekorban demi mempertahankan Islam sebagai Agama dan ideologi, serta menjadikan Islam sebagai manhaj hayah dalam kehidupan bermasyarakat[]

"Yaa Ilahi Antal maqshudi wa ridhaka mathlubi".
Wallahu ‘allam Bishowab.


No comments:

Your Comment