Friday

Rekonstruksi Peradaban Islam


Pendahuluan

Kehidupan umat Islam terus bergerak melalui waktu yang berubah dan berganti. Bagaikan roda yang selalu berputar, kadang berada diatas dan kadang berada dibawah. Mungkin, roda kesusahan, di obok-obok, kesempitan dan terjepit sedang berada dibawah, sehingga sebagai generasi umat Islam sekarang ini kita merasa susah untuk menjadi orang Islam, dicurigai, diintemidasi, dimata-matai dll(1). Keadaan umat lagi sedang ditimpa kelemahan setelah mencapai kekuatan yang ampuh sebelumnya.

Mungkin anda sempat bertanya, kenapa keadaan yang menyedihkan itu bisa terjadi? Jawabanya singkat saja, karena ajaran Islam yang mereka percayai tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap jiwa, pola fikir dan juga tidak membimbing akhlaq serta prilaku.

Dalam sebuah hadith Rasulallah SAW pernah membicarakan tentang kelemahan umat ini, sehingga tidak lagi memiliki kekuatan yang dapat mengetarkan musuh sedikit pun.

Rasulallah SAW bersabda: “Umat-umat lain akan memperebutkan kamu sebagaimana makanan di piring diperebutkan orang. Para sahabat bertanya: apakah karena sedikitnya jumlah umat Islam pada ketika itu, wahai Rasulallah?, Rasulallah menjawab: tidak. Ketika itu banyak, akan tetapi kamu bagikan buih di lautan dan Allah menghilangkan dari dada musuh kamu rasa gentar terhadap kalian, serta menanamkan didalam dada kamu wahn. Para sahabat bertanya: apakah wahn itu? Baginda menjawab: cinta dunia dan takut mati”.

Hadist diatas telah menjadi fakta dan realita terhadap umat Islam hari ini, musuh Islam sudah tidak takut dan gentar lari untuk mencaplok negara-negara Islam. Hal ini harus diakui dengan jujur bahwa sekarang umat Islam dalam keadaan lemah.

Dalam tulisan singkat ini, penulis akan memaparkan sumber kekuatan yang mungkin lagi dilupakan oleh umat Islam. Dan tentunya bukan merupakan hal yang baru untuk diketahui. Namun, penulis yakin kalau hal ini benar-benar diresapi dan diamalkan oleh umat Islam maka tidak mustahil peradaban Islam akan kembali tegak dimuka bumi ini.

Pada awalnya, judul yang direkomendasikan oleh tim redaksi kepada penulis adalah Islam dan peradaban: tinjauan historis. Namun penulis merasa kurang sreg dengan judul tersebut yang membicarakan penemuan-penemuan yang telah dicapai oleh para pendahulu kita dalam membangun peradaban Islam. Bukannya apa-apa, penulis takut dengan pemaparan-pemaparan historis yang dicapai oleh orang-orang terdahulu akan dianggap sebagai ber-nostalgia dan ber-romantisme dengan sejarah serta terlalu bangga dengan pencapaian-pencapain yang telah diperoleh, namun tidak ada tindakan yang kongkrit sebagai generasi penerus.

Tulisan dibawah ini hanya merupakan gagasan dari pemikiran penulis belaka, bukan bermaksud mengurui, karena kebenaran itu hanya datang dari Allah SWT, maka apabila ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu mutlak milik Allah SWT, dan jika ada kesalahan dan kebodohan maka itu 100% dari kebodohan penulis.


Unsur Terpenting Sebelum Membangun Peradaban Islam

Untuk membangun sebuah peradaban yang kuat dan kokoh tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba atau dengan simsalabim. Sejarah telah membuktikan bahwa berbagai macam bangsa di dunia ini mencapai kejayaan dan kekuatan setelah mengalamai perubahan jiwa dan pola berfikir. Mereka yang semulanya pasif menjadi aktif, yang tidur manjadi bangun, yang putus asa menjadi bersemangat serta mempunyai kemauan keras untuk berkerja. Mereka yang pada awalnya merupakan bangsa yang tidak punya apa-apa menjadi bangsa yang berprestasi setelah mengalami perubahan jiwa dan pola fikir.

Perubahan jiwa dan pola fikir merupakan hal yang esensial dalam falsafah kehidupan umat manusia. Dan sekiranya sebuah perubahan yang tidak di barengi dengan perubahan jiwa dan pola fikir maka hanya bagaikan suara teriakan di tengah padang pasir, hilang lenyap ditelan udara.

Pengaruh perubahan jiwa dan pola fikir sangat menakjubkan. Peristiwa sejarah cukup banyak menjadi bukti dalam hal ini. Sebagai contoh: para pakar sejarah sangat kagum dengan perubahan besar yang dialami oleh bangsa Arab setelah mereka menerima Islam sebagai cara hidup. Pada awalnya mereka merupakan suku bangsa yang berpecah belah, yang akhirnya berubah menjadi bangsa yang bersatu. Lemah menjadi kuat. Pengembala ternak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa dan membentuk peradaban baru.

Begitu sunnatullah dalam kehidupan ini, seperti ditegaskan dalam Al-quran dengan kalimat yang singkat dan padat: “sesungguhnya allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah (keadaan mereka) sendiri”. (QS. Arra’ad: 11).

Dari ayat diatas dapat di pahami bahwa untuk membagun sebuah peradaban yang besar harus dimulai dari unsur terkecil dalam kehidupan masyarakat yaitu membangun ‘pribadi-pribadi’ yang tangguh dan kuat untuk mengemban amanah peradaban. Menurut penulis, Pribadi-pribadi tadi harus memperhatikan unsur-unsur dibawah ini, dan tanpa memperhatikannya dengan serius maka akan menjadi sia-sia. Unsur tersebut adalah:

Pertama: Sebagi orang muslim harus bangga menjadi orang Islam, dengan Islamlah seseorang akan mendapat kemuliaan yang hakiki (Ali Imran: 19). Manalah mungkin sebuah peradaban Islam akan tegak kembali sekiranya pribadi-pribadi yang di amanahkan untuk mengembanya tidak merasa memiliki. Yang lebih penting dari pada itu adalah mencoba untuk memahami agama ini dengan sebenar-benarnya serta mengamalkan ajaran itu serta mendakwakannya kepada umat manusia.

Kedua: Membangun peradaban tidak cukup hanya dengan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi harus dibarangi dengan akidah yang betul, akhlak yang santun dan ibadah yang baik. Karena tidak ada peradaban tanpa agama, karena peradaban yang rusak akan menjadikan rusaknya masyarakat. Unsur-unsur keadilan, kerjasama, tasamuh (toleransi), tidak otoriter, hormat menghormati merupakan akhlak dalam kehidupan bermasyarkat yang harus didahulukan, tentunya selagi permasalahan yang dihadapi bukan dalam masalah prinsip maka unsur akhlaq dalam bermuamalah harus didahulukan, Rasulallah pernah bersabada: “orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang baik akhlaqnya” (HR. Tarmizi).

Ketiga: Peradaban Islam akan tegak kembali sekiranya para ummatnya mengikuti ajaran Islam dan beriltizam untuk menjalankannya. Seperti yang diungkapkan oleh Umar bin Khattab RA: “sesungguhnya kita – orang arab – adalah seburuk-buruk umat manusia, sehingga Allah memuliakan kita dengan Islam. Kalau kita meninggalkan kemuliaan ini dan memberi kepada orang lain, maka Allah akan menghina kita kembali”. Allah berfirman: “maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepada kamu. Sesungguhnya kamu berada diatas jalan yang lurus” (QS. Az-zurkhruf: 43).

Mungkin anda akan bertanya lagi, definisi dari peradaban adalah: hasil-hasil atau usaha-usaha besar yang telah dilakukan oleh bangsa tertentu (dalam semua sisi kehidupan) untuk kepentingan orang banyak. Seperti perkembangan dan kemajuan dalam bidang pendidikan, teknologi, politik, ekonomi, undang-undang, filsafat dll.

Memang benar bahwa definisi peradaban seperti itu, cuma yang menjadi permaslahan sekarang adalah orang-orang lupa terhadap unsur yang sangat penting yang membawa lahirnya definisi tersebut. Tentunya definisi diatas tidak lahir begitu saja, ianya lahir setelah terlebih dahulu menjalankan sebuah proses yang panjang yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu yang berkerja keras untuk membangun peradaban tersebut. Makanya penulis mengetengahkan tiga unsur diatas. Menurut hemat penulis, tiga unsur tersebut juga menjadi kunci keberhasilan para nabi-nabi terdahulu dalam membangun sebuah peradaban.

Pada intinya untuk mengembalikan kekuatan umat Islam serta membangun kembali peradaban baru, semuanya tergantung dengan individu masing-masing. Katakan kepada diri masing-masing “saya” lah orang yang akan memulai. Dan “saya” harus menjadi orang yang dapat menyelesaikan permasalahan umat ini dan bukan orang yang selalu membuat masalah dalam tubuh umat.

Hal ini bisa dilakukan dengan selalu membiasakan untuk selalu mengitrospek diri dengan mempelajari sisi-sisi kekuatan sebuah peradaban dan meninggalkan sisi-sisi yang melemahkannya. setiap individu juga harus berfikir dan memberi konstribusi kearah pembangunan peradaban dengan bayak berbuat baik serta menyebar kasih sayang sesama umat manusia.

Sesungguhnya peradaban Islam yang kita rasakan sekarang ini terjadi setelah perubahan yang terjadi di tanah Arab. Perubahan itu terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Bukan berpuluh-puluh tahun, atau berpuluh-puluh abad, akan tetapi hanya dalam kurun waktu yang tidak lebih dari dua puluh tahun. Peristiwa hebat ini terjadi karena pengaruh ajaran Islam yang ditanamkan oleh Rasulallah kedalam jiwa para sahabat. Mereka berubah dari zaman jahiliyah ke zaman terang benderang.

Penutup

Merubah jiwa dan pola fikir bukanlah suatu hal yang sangat mudah dan ringan untuk dilakukan, tetapi sebaliknya ianya merupakan hal yang berat dan sulit. Sebab manusia merupakan makhluk yang dalam dirinya bertemu dan berbaur dengan bermacam-macam sifat dan keadaan yang berbeda-beda. Membentuk manusia yang mau bersusah payah untuk memperbaiki yang rusak, mau berkorban untuk mengajak dan menyeru manusia untuk melakukan kebaikan, mencegah kemungkaran dan rela berkorban jiwa, raga dan harta dijalan kebenaran sungguh merupakan pekerjaan yang tidak mudah untuk dicapai.

Maka dari itu harus ada orang yang berani mengatakan “saya” lah yang harus memulai. Tentunya tidak hanya berani mengatakan saja, akan tetapi harus siap dengan segala konsekwensi yang dihasilkan dari sikap tersebut. Diharapkan pada giliranya nanti dari pribadi-pribadi tadi akan lahir sebuah masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai ikatan yang kuat dan saling tolong menolong kearah kebaikan dan ketakwaaan kepada Allah SWT. Seperti yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita [salafusoleh].

Terakhir yang perlu untuk diingat bahwa bendera peradaban tidak akan berkibar sekiranya umat Islam tidak mampu merubah jiwa dan pola fikir mereka kearah yang positif dan kearah sesuatu yang diridhai oleh Allah SWT. Wallahu ‘alam bishowab.
------------------------------
(1) Ada buku bagus yang perlu anda baca karya James Yee “For Country and For God”. Dalam buku ini mengisahkan tentang bagaimana seorang ulamak militer Amerika (James Yee) yang beragama Islam di berlakukan dengan tidak sewajarnya sebagai rakyat Amerika. Beliau di intimidasi, di mata-matai, di penjara dan dicurigai. Menurut pengakuan James Yee - dalam buku ini-, hal ini dilakukan oleh Petinggi Jenderal Amerika karena beliau adalah seorang muslim.

Your Comment