Saturday

Philosofi Berqurban


Bulan Haji (Arab: Zul-Hijjah) adalah bulan terakhir dalam kelender umat Islam. Dan tidak beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun baru Hijrah 1 Muharram 1426. Kita berharap mudah-mudahan amal kita tahun kemarin diterima oleh Allah Subhanahu wata’ala dan diberi kekuatan untuk melakukan amalan-amalan yang lebih baik dari tahun-tahun akan datang.

Secara dzahir, kalau kita melihat dari pemberian nama bulan ini ianya diambil dari perkumpulan ritual yang terbesar di seluruh dunia yang dilaksanakan oleh umat Islam di Makkatul Mukarramah dalam rangka menunaikan rukun Islam kelima yaitu ibadah haji.

Sekarang timbul pertanyaan, Apakah keistimewaan-keistimewaan yang terdapat dalam bulan ini kalau dibandingkan dengan bulan-bulan lainya?. Tiap-tiap bulan dalam bulan Islam mempunyai keistimewaan tersendiri. Sebut saja, Sebulan yang lalu kita berada dalam bulan Ramadhan yang mana kita ketahui Ramadhan mempunyai keistimewaan tersendiri yang diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada hambanya; mulai dari sepuluh hari pertama, sepuluh hari pertengahan sampai sepuluh hari yang terakhir, semuanya penuh dengan keistimewaan dan kebaikan untuk ummat manusia. Begitu juga dengan bulan Zul-hijjah, ianya mempunyai keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki dibulan-bulan lain, diantara keistimewaan-keistimewaan tersebut ialah:

Pertama: sepuluh hari pertama mempunyai keistimewaan tersendiri bagi umat Islam. Seperti yang disabdakan oleh Rasulallah Sallahu ‘Alaihi Wassallam “Barang siapa yang puasa di hari Arafah maka akan dihapuskan dosanya selama dua tahun” (HR Muslim, Hadis No:1977, lihat juga Ibnul Qaiyyim Al-Jauziyah “Zadul ma’ad fi hadyi khairil ‘ibad” hal: 32/1). Masih dalam riwayat Imam Muslim Nabi bersabda “Pada hari Arafah Allah membebaskan para hamba-hambanya dari api neraka lebih banyak dari hari-hari selain hari Arafah” (HR Muslim, Hadis No:2402). Jangan sampai kesempatan ini kita sia-siakan, gunakan ia untuk melaksanakan ibadah dengan sebanyak-banyaknya.

Kedua: tanggal sembilan Zul-Hijjah yang dinamakan dengan Yaumul Arafah (Hari Arafah) - Arafah adalah nama tempat yang terletak kira-kira enam mile dari kota mekkah - pada hari itu para jamaah haji berkumpul ditempat tersebut untuk mengerjakan rukun haji yang sangat penting sekali yaitu Wukuf di Arafah. Gagal memenuhi rukun haji tersebut mengakibatkan hajinya tidak sah dan wajib mengulang pada tahun berikutnya. Dalam hadis disebutkan “Al-hajju ‘Arafah” artinya: haji yang betul (benar) adalah hajinya orang yang sempat tinggal di Arafah (wukuf di Arafah). Bagi orang yang tidak pergi haji maka hukumnya mustahabb (disunnatkan) untuk perpuasa, karena Rasulallah Sallahu ‘Alaihi Wassallam menganjurkan hal tersebut seperti hadis yang telah kita utarakan sebelum ini. Tentang keutamaan-kekutamaan lainya yang dimiliki oleh bulan haji telah banyak dibicarakan oleh para ulama-ulama kita dan juga telah disampaikan oleh sebagian teman-teman dalam ceramah-ceramah di KBRI dan ditempat lainnya.

Dalam tulisan singkat ini, yang menjadi tumpuan penulis adalah untuk mengetahui Philosofi dibalik disyari’atkannya Qorban, walaupun disana masih banyak hikmah-hikmah yang belum terjangkau oleh akal fikiran manusia tentang kenapa Allah mensyari’atkan qorban itu – bisa jadi pendapat penulis dibawah ini benar dan bisa juga salah, penulis siap untuk dikoreksi - .

Kata-kata Qurban berasal dari bahasa Arab Qa-Ra-Ba, yang berarti dekat. Makna asli dari Qurban adalah mencakupi seluruh perbuatan atau amal yang dikerjakan hanya semata-mata mencari redha Allah Subhanahu wataala. Dalam bahasa Indonesia kita sering mengunakan kata-kata “berkorban” seperti kalimat “saya siap berkorban demi agama” berarti seseorang itu siapa dari segala hal baik dari segi jiwa, raga dan harta untuk mempertahankan agamanya. Akan tetapi menurut istilah agama, kata-kata “Qorban” adalah memotong/menyembelih binatang semata-mata mengharapkan redha dari Allah Subhanahu wataala.

Menyembelih binatang selalu dianggap sebagai penerimaan sesuatu ibadah dalam semua agama. Contohnya dalam masyarakat pagan penyembelihan binatang untuk berhala merupakan tanda ketundukan dan rasa patuh terhadap ajaran yang dianuti. Begitu juga dalam Islam, berqorban termasuk ibadah - tiga hari dibulan Zul-hijjah, tanggal 10-11-12. Hal ini dilakukan untuk memperinggati perayaan qorban pertama yang telah dilaksanakan oleh Khalilullah Ibrahim ‘Alaihisalam ketika beliau bermimpi menyembelih anak kesayanganya Ismail ‘Alaihisalam. Allah menguji Nabi Ibrahim ‘Alaihisalam dengan memerintah untuk melakukan menyembelih terhadap anaknya dan hal itu beliau lakukan. Atas kepatuhan dan ketundukan beliau itu, Allah Subhanahu wataala mengirim domba sebagai penganti Nabi Ismail ‘Alaihisalam. Sejak kejadian itu sampai sekarang penyembelihan hewan Qurban di hari raya ‘Idul Adha menjadi keharusan bagi orang-orang muslim yang mampu untuk melaksanakan hal tersebut.

Berqorban adalah tanda penyerahan diri seseorang kepada Allah Subhanahu wata’ala dan ianya juga merupakan dalil atas kesiapan seseorang untuk melakukan segala perintah Allah Subhanahu wata’ala yang lainnya. Disamping itu Qorban juga menandakan bahwa seseorang itu akan menjadikan hamba Allah yang sebenar-benarnya dengan tidak ragu dan bimbang terhadap segala perintah dari Allah Subhanahu wata’ala serta berserah diri kepadaNya. walaupun harga pengorbanan tersebut harus dibayar dengan nyawa sekalipun, namun ia tetap melaksanakanya demi mencapai redha Allah Subhanahu wataala. Seorang musim yang baik, ketika mendapat perintah dari Allah Subhanahu wata’ala dengan secepat kilat untuk melakukanya dan instinctnya akan berhenti untuk mengikuti hawa nafsu dengan tidak mencari alasan agar tidak melakukan perintah tersebut. Dia tahu bahwa Allah maha mengetahui segala sesuatu, dan hendaklah melakukan segala sesuatu yang diperintahkan walaupun secara akal sehat kadang-kadang perintah itu kontradiksi dengan akal sehat manusia, namun kita sadar bahwa fikiran manusia juga terbatas untuk mengetahui segala hikmah di sebalik perintah tersebut.

Inilah sebenarnya yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail ‘Alaihimassalam. Secara zahir, akal sehat tidak akan menerima kenapa seorang ayah sanggup menyembelih anak yang masih kecil. Akan tetapi hal tersebut merupakan perintah dari Allah Subhanahu wata’ala. Dan kita dapati Nabi Ibrahim ‘Alaihisalam tidak protes terhadap perintah dan tidak ragu-ragu untuk mematuhinya. Begitu juga dengan anaknya Ismail ‘Alaihisalam. Ketika bapaknya menceritakan tentang mimpi yang beliau alami, Ismail ‘Alaihisalam tidak juga protes kenapa hal tersebut harus dilakukan. Ismail ‘Alaihisalam malah mendukung hal tersebut dan menyuruh bapaknya untuk menunaikan perintah yang telah diperintahkan. Sebagai mana yang diabadikan oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam Al-Quran, Ismail ‘Alaihisalam berkata kepada bapaknya: “Ya abatii, if’al ma tu’mar satajidunii insya Allah minassaabirin” Artinya: Wahai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah; kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar (QS. As-soffaat: 102).

Qurban yang kita lakukan hari ini adalah untuk mengenang model penyerahan dan juga meneladani terhadap ide yang sama yang pernah dilaksanakan oleh seorang ayah dan anaknya terhadap perintah Allah Subhanahu wata’ala yang tanpa ragu-ragu dan bimbang terhadap segala perintah yang disuruh olehNya, walaupun ia harus mengorbankan nyawa sekalipun hal itu tidak dapat tidak harus dilaksanakan.

Secara simbolik dapat kita pahami bahwa philosofi sebenar dibalik disyari’atkannya umat Islam untuk melaksanakan ibadah qorban adalah untuk menyatakan rasa patuh dan tunduk serta kesiapan kita terhadap segala perintah yang telah anjurkan untuk dikerjakan dan meninggalkan segala larangan yang telah dilarang oleh Allah Subhanahu wataa’ala.

wallahu ‘alam.


1 comment:

Anonymous said...

Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my blog, it is about the Toner, I hope you enjoy. The address is http://toner-brasil.blogspot.com. A hug.

Your Comment